Masjid
Raya Al-Azhar Summarecon Bekasi
Di Indonesia, masjid seolah wajib memiliki kubah. Namun
arsitek Ridwan Kamil--Wali Kota Bandung sejak 2013--menentang pakem itu lewat
Masjid Raya Al-Azhar Summarecon Bekasi.
Bentuk kubus Ka’bah menjadi
inspirasi Ridwan. “Memang dirancang mirip Ka’bah,” ujar Ketua Dewan Kemakmuran
Masjid Raya Al-Azhar Summarecon Bekasi Badruzzaman Busyairi, seperti ditulis Koran Tempo, Rabu, 24 Juni 2015.
“Tidak ada kaligrafi yang ditempel kecuali satu titik di atas mimbar.”
Satu-satunya penanda bahwa
bangunan ini merupakan masjid adalah keberadaan minaret alias menara tinggi
lengkap dengan kubah berbentuk bawang. Desain minimalis Ridwan kali ini
dipadukan dengan warna terakota yang berakar pada bangunan candi di era
Majapahit.
Ridwan merancang Masjid Al-Azhar Summarecon tanpa
kolom-kolom penyangga di bagian dalam. Desain ini menghilangkan masalah utama
dari kebanyakan masjid: saf salat yang terputus karena tiang di ruang salat.
Itu sebabnya, meskipun masjid ini relatif sempit, 1.320 meter persegi, daya
tampungnya mencapai 1.500 orang.
Ridwan juga mempertahankan masjidnya tanpa jendela. Dia
membikin banyak lubang ventilasi dari terakota yang masing-masing bloknya
dihiasi tulisan “Laa Ilaha Illallah”, serta arah kiblat yang terbuka dan kolam
air. Di sana, terdapat bola besar yang menaungi mihrab.
Karena ventilasi yang serba terbuka, para pengunjung masjid
merasa seperti sedang salat di ruang terbuka. “Tidak ada pintu sama sekali yang
biasa dibuka atau ditutup. Semuanya terbuka,” ujar Abdullah Surjaya, pengunjung
petang itu. Pria 30 tahun itu mengatakan Masjid Al-Azhar Summarecon punya
arsitektur yang sederhana, tapi tetap berkesan mewah.
Ini bukan pertama kalinya Ridwan merancang masjid berbentuk kotak. Sebelumnya, dia mendesain Masjid Al-Irsyad di Kota Baru Parahyangan, Bandung—diresmikan lima tahun lalu. Masjid ini juga sonder kubah.
Ridwan harus meyakinkan pengembang Kota Baru Parahyangan, PT Belaputera Intiland, bahwa desain masjid tidak perlu berkubah. “Ini perjuangan terberatnya,” ujar arsitek lulusan University of California Berkeley itu. Kesulitan tersebut ia alami sebagian besar karena pembahasan tentang arsitektur masjid modern jarang dilakukan di Indonesia.
Padahal bentuk masjid tanpa kubah bukan hal baru di Indonesia. Sebagai contoh, Masjid Demak dengan atap tumpuk dan Masjid Salman yang berbentuk telapak tangan sedang berdoa. Yang utama dalam desain masjid, menurut Ridwan, bukan kubah, melainkan jemaah harus bisa berbaris rapi dan menghadap ke kiblat.
Ini bukan pertama kalinya Ridwan merancang masjid berbentuk kotak. Sebelumnya, dia mendesain Masjid Al-Irsyad di Kota Baru Parahyangan, Bandung—diresmikan lima tahun lalu. Masjid ini juga sonder kubah.
Ridwan harus meyakinkan pengembang Kota Baru Parahyangan, PT Belaputera Intiland, bahwa desain masjid tidak perlu berkubah. “Ini perjuangan terberatnya,” ujar arsitek lulusan University of California Berkeley itu. Kesulitan tersebut ia alami sebagian besar karena pembahasan tentang arsitektur masjid modern jarang dilakukan di Indonesia.
Padahal bentuk masjid tanpa kubah bukan hal baru di Indonesia. Sebagai contoh, Masjid Demak dengan atap tumpuk dan Masjid Salman yang berbentuk telapak tangan sedang berdoa. Yang utama dalam desain masjid, menurut Ridwan, bukan kubah, melainkan jemaah harus bisa berbaris rapi dan menghadap ke kiblat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar