Rabu, 27 Desember 2017

material bangunan ramah lingkungan



material bangunan ramah lingkungan




Pemanfaatan bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan juga dapat menghasilkan bangunan yang fungsional. Kusen, daun pintu atau jendela, kaca, teraso hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa dirapikan, dengan diberikan sentuhan baru, digunakan ulang dapat memberikan suasana baru pada bangunan, lebih murah dan kuat tentunya sehingga dengan demikian peran serta penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan dapat diaplikasikan.

Adapaun material bangunan yang ramah lingkungan harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

  1. Tidak beracun sebelum maupun sesudah di pergunakan.
  2. Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat yang membahayakan bagi lingkungan.
  3. Dapat menghubungkan kita dengan alam, dengan kata lain semakin dekat dengan alam karena kesan alami dari material yang dipergunakan, contohnya batu bata yang mengingatkan kita akan tanah, kayu pada pepohonan.
  4. Untuk mendapatkan bahannya diperoleh dengan mudah dan dekat. (Tidak memerlukan biaya 
  5. atau proses memindahkannya yang besar. Karena untuk menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan).
  6. Bahan yang digunakan dapat diurai dengan mudah dan alami. 


Sementara material yang bangunan ramah lingkungan menurut kriteria diatas misalnya :
batu bata, semen, batu alam, keramik lokal, kayu, dan sebagainya. Ramah lingkungan atau tidaknya material bisa diukur dari salah satu kriteria saja, seperti kayu yang semakin sulit diperoleh, tetapi apabila dipakai dengan hemat dan benar bisa membuat kita lebih nyaman serta dekat dengan alam dan mengingatkan akan tumbuh-tumbuhan.

Semen, keramik, batu bata, alumunium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan yang ramah lingkungan. Sementara itu kerangka bangun utama dan atap kini meterial kayu perlahan-lahan mulai tergantikan posisinya dengan diperkenalkannya baja ringan dan alumunium. Isu penebangan liar ( illegal logging ) akibat pembabatan hutan yang tidak terkendali berakibat fatal dengan semakin berkurangnya material kayu, selain itu juga sebagai wujud dari kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu demi menjaga kelestarian alam dibumi. 

Rangka atap bangunan dari baja memiliki keunggulan yang lebih kuat, anti karat, anti keropos, anti rayap, lentur, mudah dipasang dan lebih ringan sehingga beban konstruksi dan fondasi jauh berkurang. Baja ringanpun dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya.
Kusen jendela dan pintu sudah mulai menggunakan bahan alumunium sebagai generasi bahan bangunan dimasa yang akan datang menggantikan posisi kayu yang telah sekian lama mendominasi posisi tersebut. Alumunium memiliki ke unggulan dapat didaur ulang, bebas racun dan zat pemicu kangker bebas perawatan serta lebih praktis ( sesuai gaya hidup modern ) sesuai dengan tujuan utama dalam peran serta menggunakan materil bangunan ramah yang lingkungan, dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising ( hemat energi dan biaya ), lebih kuat, tahan lama, anti karat, tahan lama, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjalnya, dengan berbagai ragam pilihan bentuk serta ukuran dengan tekstur variasi ( klasik, kayu ).

Sementara itu bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik, batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan, memiliki karakteristik yang tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara serta menyerap sinar matahari secara signifikan.

Kehalusan permukaan dan warna bahan bagungan sangan menetukan iklim mikro disekitar bangunan, warna cerah dan permukaan licin adalah pemantul sinar matahari baik dan menaikan suhu sekitar. warna gelap serta kasar akan membantu meredam dan menyerap panas matahari. Bahan berpori mudah meluncurkan panas dan meluncurkannya kembali jika suhu sekitarnya menurun. Sangat bijaksana jika memanfaatkan bahan bangunan alami seperti aslinya untuk pelapis dinding dan lantai luar sehingga pencapaian penggunaa bangunan ramah lingkungan lebih maksimal.
Demikianlah paparan penggunaan materil bangunan ramah lingkungan yang tidak perlu jauh-jauh untuk mencarinya memanfaatkan dari sekitar lingkungan kita atau dari bahan-bahan yang sudah dipandang tak memiliki manfaat, yang diperlukan adalah ide-ide cerdas dan kreatif untuk mengaplikasikannya, semoga impian untuk peran andil dalam penggunaan bangunan ramah lingkungan bisa tercapai. Go green.



Senin, 06 November 2017

Green Architecture


 


Green Architecture

 



Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future:
1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah
desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
  1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
  2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
  3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
  4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
  5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
  6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
  7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
  1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
  2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
  3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
  4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
  1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
  2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
  3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
KONSEP ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE)
 
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi arsitekturnya. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan rumah dan lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Tujuan utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai dikembangkan oleh berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau (green building)
 

TEKNOLOGI & PENERAPAN ARSITEKTUR BERWAWASAN LINGKUNGAN


TEKNOLOGI & PENERAPAN ARSITEKTUR BERWAWASAN LINGKUNGAN 


Eko berarti lingkungan , sedangkan Arsitektur adalah, suatu bentuk atau masa .
Arsitektur ekologi adalah arsitek yang membuat desain berdasarkan lingkungan sekitar karena  memiliki  wawasan lingkungan  dan menerapkan potensi alam dengan semaksimal mungkin .
Pada dasarnya arsitektur  ekologi didasarkan akan sadar lingkungan dimana dari kesadaran akan lingkungan akan menciptakan bangunan yang nyaman oleh pemilik.  Keselarasan antara bangunan dengan alam sekitarnya, mulai dari Atmosfer, biosfer, Lithosfer serta komunitas menghasilkan kenyaman, kemanan, keindahan serta ketertarikan.
Tujuan Bangunan yang berwawasan Lingkungan
  • Sebagai panutan masyarakat mengenai pentingnya studi lingkungan sebelum mendirikan bangunan
  • Memberikan arahan bentuk bangunan yang sesuai dengan lingkungan serta budaya sekitar
  • Memberikan contoh perletakan tapak bangunan tanpa menimbulkan pengaruh negatif terhadap lingkungan
  • Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, sebagai pembelajaran serta peningkatan ekonomi lokal
  • Memberikan contoh  pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi,
  • Memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar untuk merawat sumber material lokal,dan mengajak masyrakat untuk dapat memahami cara merawat, menggunakan serta mamanfaatkan sumber material local
Hal-hal yang perlu di perhatikan di dalam penerapan tapak bangunan secara ekologi yaitu:
       
– Master Site Planning, yaitu melakukan perencanan global seperti : Zonning (pembagian kebutuhan-kebutuhan ruang sesuai dengan fungsinya), Accesibilitas (pencapaian yang fungsional ke lokasi tapak atau fasilitas),
        – Site Design, yaitu melakukan perencanan yang spesifik terhadap lokasi fasilitas, seperti : Structure Sitting(penerapan struktur bangunan yang disesuaikan dengan kondisi angin, matahari,tanah,air, serta vegetasi),Road design (perencanaan jalan-jalan utama, jalan alternatif atau jalan pendukung secara jelas & fungsional baik dari system pembagian kebutuhan maupu penerapan bahan), Nature Trails (pemeliharaan atau perencanaan jalur-jalur alami yang menjadi saranan wisata hutan, serta manjadikan objek-objek alam sebagai media informasi), dll.
        – Planting Design,yaitu perencanaa landscape garden/taman yang berguna dan sesuai dengan pola perancanaa ruang luar bangunan, seperti : Indigenous Plant (penggunaan serta penyesuaian tanaman-tanaman awal dengan dengan kebutuhan tapak bangunan), Preservation tree ( Menggunakan pohon – pohon yang telah eksis menjadi suatu dasar perencanaan vegetasi),
Pest management (melakukan pengawasan scara teratur terhadap serangga/hama yang menggangu fasilitas atau lingkungan, meminimalisasi penggunaan pestisida dan kembali menggunan bahan-bahan/tumbuhan alami sebagai pengusir serangga), Landscape Lighting (Pencahayaan lampu taman sebagaiknya dierencanakan sebaik mungkin sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap hewan, serangga, tanaman dan sebaliknya, dan menggunakan pencahayan dari lampu se-efektif mungkin),
        – PermaCulture (penerapan unsur- unsur budaya lingkungan lokal ke dalam bentuk bangunan, pemanafaatan komunitas, sehingga menunjukan jati diri yang jelas apa serta mengapa di wujudkannya suatu fasilitas yang ekologis )
Jadi dalam penerapan tapak bangunan secara fisik dan non fisik di perlukannya penkajian secara matang, sehingga tidak menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif dari luar ke dalam maupun dari dalam keluar untuk mewujudkan suatu fasilitas seperti Ecolodge
Masalah_masalah yang ditemukan Dalam Menerapkan Arsitektur Ekologi
Teknologi yang kini semakin canggih yang berdampak merusak alam,walaupun hal ini bagus tapi jika tidak dapat ditanggulangi akan berdampak pada masa depan kehidupan manusia karena kerusakan alam.  Tingkat pertumbuhan yang tinggi, pertumbuhan manusia akan terus bertambah sedangkan lingkungan semakin berkurang karena tempat yang dibutuhkan manusia
Berikut  Ilmu dalam mewujudkan Eko Arsitektur:
  • Arsitektur, perencana yang mewujudkan konsep sebelumnya yang telah diolah maksimal sehinggga layak dituangkan ke dalam disain
  • Teknik Geologi, mengetahui kondisi struktur tanah secara teknik sipil,
  • Teknik Mineral, mengetahui sumber air dan cara pengelolaannya
  • Teknik sipil, mengetahui kelayakan penggunaan struktur fisik bangunan, serta perhitungannya
  • Ahli Pertanian/Landscape/kehutanan, mengetahui jenis serta manfaat vegetasi ( penghijauan )
  • Ekonomi, mengontrol sistem administrasi serta keuangan secara keseluruhan